Senin, 26 Januari 2009

Protect Me From What I Want

Tulisan ini sebenarnya sudah ditulis lama banget, malah saya kira udah ilang. Pas bersih2 komputer kemarin gak tahunya tulisan ini masih, daripada ilang selamanya kalo terjadi sesuatu dengan PC saya, mending saya pindah ke sini.

Kebanyakan manusia adalah gudangnya keinginan. Keinginanlah yang membuat saya sering terhanyut arus. Menghantui pikiran sebelum tidur dan kadang membuat aku kesal terhadap diriku. Keinginan yang kadang kalo terpenuhi tak pernah membuatku lebih bahagia selain hanya membuat aku bermimpi yang lain lagi. Bagaikan keingintahuan yang tak pernah berdampak apapun setelah aku tahu. Sebuah pertanyaan yang hanya memuaskan saat pertanyaan itu tidak ada lagi, bukan karena jawabannya yang lebih penting. Segala sesuatu telah terjawab dan kita tidak lebih bahagia dari saat sebelumnya selain bahwa pertanyaan itu tidak menghantui diriku lagi. Dan sampai kapankah aku menjadi budak keinginanku?

Andaikan hidup tak terlalu banyak memilih. Aku rasa itulah kebahagiaan. Hadapi saja apa yang
ada di depan kita tanpa ada percabangan yang lain. Beruntunglah orang yang bersyukur, yang
tak pernah menyesali waktu yang telah lewat. Yang bersyukur dengan apa yang telah dimilikinya sekarang dan jika masih kurang mengejarnya di hari esok. Karena kebanyakan orang
menyalahkan masa lalu dan tidak mengerti tentang esok.

Kadang aku berpikir alangkah beruntungnya orang-orang seperti Gandhi yang mampu hidup dalam kesederhanaan. Aku pikir kadang benar juga cara berpakaian Einstein yang awut2an. Lakukan yang kita suka tanpa pernah mendengar gunjingan orang lain. Aku suka dengan orang2 yang berani melawan mainstream dengan alasan alangkah membosankannya dunia jika semua orang menceritakan, berpakaian, gaya hidup tentang hal yang sama. Selain itu saya pikir mainstream di dunia sangatlah buruk. lihatlah apa yang televisi cekokkan pada mata kita? make me suffer, not better. Dan saat aku harus menjadi public enemy, aku teringat Newton, ia dianggap orang anti-sosial hanya karena dia tidak mengenal karya Shakespeare. Itulah kejamnnya opini masyarakat, Shakespeare tidak dianggap idiot saat ia tidak mengenal karya Newton. It's not fair

Lihatlah impian anak muda sekarang, mereka punya kecenderungan sama ke hal2 yang telah dicekokan oleh dunia pada mereka. Mobil, uang, pakaian dan hal yang tak pernah mereka pikirkan cara menggapainya karena mereka sebenarnya masih hidup 'dibantu' oleh orang tuanya. Mereka memimpikan sesuatu yang lebih dari yang bisa dimilikinya karena mereka memimpikan sesuatu dari mimpi orang lain. Mereka mengikuti mimpi orang lain dan kebanyakan orang. Bagaikan seorang anak TK yang ingin makan dengan porsi ayahnya. saat semua tercapai, segala sesuatunya tidak akan menjadi lebih baik, hanyalah pemaksaan. The person was always trying to be someone else, and never said what they wanted to, did what they wanted to, it's loser way.

Dan begitulah kebanyakan orang, terutama yang masih muda, mereka mengikuti yang temannya lakukan daripada keinginannya sendiri. Sedikitkah orang yang mengejar status, image ataupun CITRA? Kebanyakan orang memiliki kecenderungan untuk membuktikan diri. Tapi mereka kadang tidak memikirkan efeknya bagi orang lain demi pencapaiannya semua itu.

Kenalilah diri kita, tahulah batas kemampuan kita, baru tentukan tujuan. Jangan bertujuan
sebelum kita belum tahu apapun. Bagaikan pandangan mata kita saat kita lapar, segala sesuatu
ingin kita makan, but my eyes bigger than my stomach. Segalanya menjadi sia-sia dan terbuang. Sebuah pemborosan. Kenalilah kebutuhan kita dan inginkanlah semua itu. Jangan iri dengan yg dimiliki orang lain. Ntar jadinya memiliki benda hanya karena tetangga ada yang punya. it's very kiddies.

Bagaikan manusia-manusia dilepas di ladang jeruk, semuanya menjadi tak beraturan dan ingin
semuanya di makan. Tapi makan 5 aja udah bosen. Dan mungkin seminggu sesudah itu males untuk makan jeruk lagi. Segala sesuatu akan menjadi percuma saat berlebih-lebihan. Maaf aja kalo mbulet, padahal intinya ya kaya' gitu. Kepanjangan pembuka neeeh. Hidup itu harus berimbang. Tikus mati di lumbung padi tuh bisa juga bukan karena kelaparan, tapi bisa juga karena kebanyakan makan tanpa tahu batas kemampuannya. Kalo manusia istilahnya ya Over Dosis.

Bagaikan eksitasi atom, kalo sangat berlebihan malah membuat dia jauh dari sekelilingnya. Sebagai manusia, harusnya kita berhati-hati dengan keinginan kita. Manusia adalah raja bagi keinginannya sendiri, bukannya malah jadi budak dari keinginan-keinginan kita sendiri. So, sometime, I must protect me from what I Want.

Tidak ada komentar: