Minggu, 08 Februari 2009

Love Stories (In the Movies)

Abis Liat film, biar hari minggu nggak tidur terus kaya' biasanya. Pinjam film asal ambil saja, yang keliatannya lucu, eh setelah ditonton nggak tahu ceritanya mirip. Ceritanya tentang bagaimana dua orang yang saling mencintai akhirnya bersatu. Jangan menggerutu dulu trus bilang akhir dari film cinta mesti kalo gak bersatu ya berakhir tragedi. Ya...ya...emang kebanyakan film kisah cinta ceritanya mudah ditebak, unity or die .Tapi ini happy ending kok, gak ada yang 'terbunuh' karena cinta.

Ups...happy ending? Iyalah, lakonnya bisa merebut pujaan hatinya, ada yang pas di detik-detik pernikahannya, yang satunya lagi setelah ceweknya direstui oleh keluarga orang tua cowok saingannya. Yeah, happy ending buat lakonnya, kalo yang cuma jadi saingan si lakon sih nggak tahu endingnya kaya apa, biarpun dia nyebur kolam buaya, lompat dari lantai 3 atau minum baygon 5 botol pun kita sebagai penonton yang baik sudah gak mau ngurus .

Kebanyakan film emang 'mengajarkan' bagaimana cinta harus dikejar dan dipertahankan at any cost. Cinta harus diperjuangkan layaknya perang, dengan cara apapun, baik atau buruk bukan permasalah yang penting menang. Biarpun merebut istri orang, tunangan orang, pacar orang, kalo dicitrakan dalam film sebagai cinta sejati, sah-sah saja kita merebutnya. Kalo di film menilai 'cinta sejati' sangatlah mudah, pokoknya cinta antara dua pemeran utamanya ya cinta sejati . Tapi dalam hidup ini? It's complicated.

Dan sebagai pengkhayal sejati, akhirnya aku kepikiran dalam dunia nyata. Semua orang pasti pengin menjadi lakon yang 'memenangkan pertempuran'. Tapi apakah semua orang ingin menjadi seperti itu? Kalo saya sih jujur saja nggak pernah menargetkan diri saya untuk menjadi lakon. Bayangin saja merebut seorang perempuan di hari pernikahannya. Justru hanya orang yang sangat egoislah yang dapat melakukan itu. Bayangin saja, gak kasihan apa sama orang tua sang mempelai yang sudah ngadain acara sampe ngutang-ngutang segala dibelani . Apakah gak kasian juga ama calon suaminya yang sudah ngapalin ijab kabul nikah dan tetek bengek lainnya dari yang materi sampe yang non materi?

Daripada menjadi lakon yang seenak udelnya sendiri, mending jadi orang 'waras' yang ngalah saja untuk kebahagiaan orang lain. Apakah saya mengalami krisis kepercayaan diri sehingga memilih untuk tidak menjadi lakon? Tidak juga sih, malah mungkin memiliki kepercayaan diri yang lebih baik, karena percaya untuk mendapat penggantinya yang lebih baik. Tidak seperti para lakon yang merasa sudah mentok sama yang diinginkannya hehehe. Kalo nggak sama yang itu, dah gak bisa hidup .

Selain itu, dalam hidup dan dalam pilem juga banyak bedanya. Kalo di film, happy ending ya udah tidak ada kelanjutannya. Tetapi kalo dalam hidup, setelah proses 'happy ending' itu masih ada jalan yang sangat panjang yang harus dilewati. Dalam film, lakon itu telah bahagia, tetapi tidak ada kelanjutannya untuk esok. Dalam hidup? meskipun kita sudah jadi lakon yang memperoleh wanita yang kita 'persengketakan', jalan masih panjang. Bahkan dalam waktu 1 tahun, belum tentu sang lakon akan lebih bahagia daripada sang pemeran figuran. Bukankah kata orang yang berpengalaman (maklum aku kan gak berpengalaman), 'meraih cinta itu tidaklah sesulit pada waktu mempertahankannya'. Jadi kenapa takut untuk mengalah? Ini hidup beneran bukan cerita dalam pilem.

Di dalam pilem, sebuah kegagalan akan membuat anda menjadi loser dan tidak memperoleh kebahagiaan. Di dalam hidup, sebuah kegagalan tidak akan berarti apa-apa dan bisa memperoleh kebahagiaan di lain waktu. Syaratnya gampang, jangan anggap 'cinta' di dunia nyata ini seperti 'cinta' di dalam film. Bahkan di dunia nyata ini menawarkan lakon yang simpel daripada lakon di film. Berkenalan di suatu tempat, merasa ada kecocokan lalu langsung menikah. Tidak ada pihak yang disakiti, tak ada pengorbanan yang berdarah-darah, tidak ada orang ketiga dan semua orang merasa bahagia.




1 komentar:

Anonim mengatakan...

mengutip kalimatmu bos...kegagalan tidak akan berarti apa-apa dan bisa memperoleh kebahagiaan di lain waktu.kegagalan bukan akhir segalanya...jangan mengingat yang telah hilang dimasa lalau..fokus dengan apa yang masih kita miliki..raihlah kebahagiaan itu...